Blog Tiyang Jawi

Blog Dwija, Pawiyatan lan Wulangan Luhur

Minggu, 24 Oktober 2010

SI dan SKL Bahasa Jawa

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

BAHASA JAWA SMA - SMK

1.

MENDENGARKAN


Memahami wacana lisan yang didengar baik wacana sastra maupun nonsastra dalam berbagai ragam bahasa Jawa berupa percakapan, pengumuman, berita, pidato, geguritan, macapat, dan cerita.

2.

BERBICARA


Mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan, sastra maupun nonsastra dengan menggunakan berbagai ragam dan unggah-ungguh bahasa Jawa, berupa bercerita, berdialog, dan berpidato.

3.

MEMBACA


Menggunakan berbagai keterampilan dan teknik membaca untuk memahami teks/wacana sastra maupun nonsastra dalam berbagai ragam bahasa Jawa berupa percakapan, pengumuman, berita, pidato, geguritan, macapat, cerita, dan huruf Jawa.

4.

MENULIS


Melakukan keterampilan menulis baik sastra maupun nonosastra dalam berbagai ragam bahasa Jawa untuk mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, perasaan, dan informasi berupa percakapan, pengumuman, berita, pidato, artikel, geguritan, macapat, cerita, dan huruf Jawa.

STANDAR ISI

BAHASA JAWA SMA - SMK

Kelas : X

Semester : 1

No.

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

1.

MENDENGARKAN

Mampu mendengarkan dan lisan smemahani wacana astra maupun nonsastra dalam berbagai ragam bahasa Jawa.

1.1 Mendengarkan pengumuman kegiatan kemasyarakan

1.2 Mendengarkan cerita pengalaman yang disampaikan secara langsung atau melalui rekaman dalam ragam bahasa krama

1.3 Mendengarkan cerita rakyat yang disampaikan secara langsung atau melalui rekaman

2.

BERBICARA

Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan sastra maupun nonsastra dengan menggunakan berbagai ragam dan unggah-ungguh bahasa Jawa.

2.1 Berdialog menggunakan parikan/wangsalan

2.2 Bercerita pengalaman yang mengesankan dalam ragam krama

2.3 Berdialog mengenai cerita rakyat

3.

MEMBACA

Mampu membaca dan memahami bacaan sastra maupun nonsastra, berhuruf Latin maupun Jawa dengan berbagai keterampilan dan teknik membaca.

3.1 Membaca pemahaman wacana nonsastra tentang budaya Jawa

3.2 Membaca pemahaman wacana berhuruf Jawa 10 – 15 kalimat

3.3 Membaca indah geguritan

4.

MENULIS

Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam berbagai jenis karangan nonsastra maupun sastra mengguna-kan berbagai ragam bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh dan menulis dengan huruf Jawa.

4.1 Menulis ringkasan wacana nonsastra tentang budaya Jawa

4.2 Menulis wacana sederhana menggunakan huruf Jawa

4.3 Menulis geguritan

Kelas : X

Semester : 2

No.

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

5.

MENDENGARKAN

Mampu mendengarkan dan lisan smemahani wacana astra maupun nonsastra dalam berbagai ragam bahasa Jawa.

5.1 Mendengarkan berita yang disampaikan melalui media elektronik

5.2 Mendengarkan pembacaan cerkak yang disampaikan secara langsung atau rekaman

6.

BERBICARA

Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan nonsastra maupun sastra dengan menggunakan berbagai ragam dan unggah-ungguh bahasa Jawa.

6.1 Menyampaikan informasi yang diperoleh melalui radio, televisi, atau internet

6.2 Membahas atau mendiskusikan isi cerkak

7.

MEMBACA

Mampu membaca dan memahami bacaan nonsastra maupun sastra, berhuruf Latin maupun Jawa dengan berbagai keterampilan dan teknik membaca.

7.1 Membaca nyaring naskah berita

7.2 Membaca nyaring cerkak

8.

MENULIS

Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam berbagai jenis karangan nonsastra maupun sastra mengguna-kan berbagai ragam bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh dan menulis dengan huruf Jawa.

8.1 Menulis wacana eksposisi dalam bentuk naskah berita pendek

8.2 Menulis wacana narasi dalam bentuk sinopsis cerkak

Kelas : XI

Semester : 1

No.

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

1.

MENDENGARKAN

Mampu mendengarkan dan memahani wacana lisan nonsastra maupun sastra dalam berbagai ragam bahasa Jawa.

1.1 Mendengarkan sambutan atau khotbah yang disampaikan secara langsung atau rekaman

1.2 Mendengarkan wawancara berupa rekaman atau langsung

1.3 Mendengarkan geguritan yang disampaikan secara langsung atau berupa rekaman

2.

BERBICARA

Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan sastra maupun nonsastra dengan menggunakan berbagai ragam dan unggah-ungguh bahasa Jawa.

2.1 Menyampaikan sambutan dalam bentuk pambagyaharja

2.2 Berdialog sesuai dengan tingkat kesantunan

2.3 Membahas atau mendiskusikan isi geguritan

3.

MEMBACA

Mampu membaca dan memahami bacaan sastra maupun nonsastra, berhuruf Latin maupun Jawa dengan berbagai keterampilan dan teknik membaca.

3.1 Membaca pemahaman paragraf berdasarkan letak kalimat utama

3.2 Membaca pemahaman wacana berhuruf Jawa 10-15 kalimat

3.3 Nembang macapat

4.

MENULIS

Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam berbagai jenis karangan nonsastra maupun sastra mengguna-kan berbagai ragam bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh dan menulis dengan huruf Jawa.

4.1 Menulis wacana sederhana dengan mempertimbangkan letak kalimat utama

4.2 Menulis wacana sederhana menggunakan huruf Jawa

4.3 Menulis syair tembang macapat

Kelas : XI

Semester : 2

No.

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

5.

MENDENGARKAN

Mampu mendengarkan dan memahani wacana lisan nonsastra maupun sastra dalam berbagai ragam bahasa Jawa.

5.1 Mendengarkan kegiatan musyawarah yang disampaikan secara langsung atau berupa rekaman

5.2 Mendengarkan tembang macapat yang disampaikan secara langsung atau berupa rekaman

6.

BERBICARA

Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan sastra maupun nonsastra dengan menggunakan berbagai ragam dan unggah-ungguh bahasa Jawa.

6.1 Membahas atau mendiskusikan isi tembang macapat

7.

MEMBACA

Mampu membaca dan memahami bacaan sastra maupun nonsastra, berhuruf Latin maupun Jawa dengan berbagai keterampilan dan teknik membaca.

7.1 Membaca nyaring naskah pidato

7.2 Nembang campursari

8.

MENULIS

Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam berbagai jenis karangan nonsastra maupun sastra mengguna-kan berbagai ragam bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh dan menulis dengan huruf Jawa.

8.1 Menulis wacana persuasi dalam bentuk naskah pidato

8.2 Menulis parikan dan atau wangsalan

Kelas : XII

Semester : 1

No.

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

1.

MENDENGARKAN

Mampu mendengarkan dan memahani wacana lisan nonsastra maupun sastra dalam berbagai ragam bahasa Jawa.

1.1 Mendengarkan sambutan dalam upacara adat pengantin Jawa yang disampaikan secara langsung atau dalam bentuk rekaman

1.2 Mendengarkan cerita wayang yang disampai-kan secara langsung atau dalam bentuk rekaman

2.

BERBICARA

Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan sastra maupun nonsastra dengan menggunakan berbagai ragam dan unggah-ungguh bahasa Jawa.

2.1 Menyampaikan sambutan dalam bentuk pasrah panganten atau panampi pasrah panganten dalam upacara adat pengantin Jawa

2.2 Mendiskusikan pitutur luhur yang terkan-dung dalam cerita wayang

3.

MEMBACA

Mampu membaca dan memahami bacaan sastra maupun nonsastra, berhuruf Latin maupun Jawa dengan berbagai keterampilan dan teknik membaca.

3.1 Membaca nyaring wacana berhuruf Jawa 20 – 25 kalimat

4.

MENULIS

Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam berbagai jenis karangan nonsastra maupun sastra mengguna-kan berbagai ragam bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh dan menulis dengan huruf Jawa.

4.1 Menulis artikel tentang budaya Jawa

4.2 Menulis naskah drama/sandiwara

Kelas : XII

Semester : 2

No.

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

5.

MENDENGARKAN

Mampu mendengarkan dan memahani wacana lisan nonsastra maupun sastra dalam berbagai ragam bahasa Jawa.

5.1 Mendengarkan ceramah langsung atau rekaman tentang budaya Jawa

5.2 Mendengarkan rekaman drama/sandiwara

6.

BERBICARA

Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan sastra maupun nonsastra dengan menggunakan berbagai ragam dan unggah-ungguh bahasa Jawa.

6.1 Berbicara dalam forum sarasehan mengenai budaya Jawa

6.2 Mendiskusikan isi drama/ sandiwara

7.

MEMBACA

Mampu membaca dan memahami bacaan sastra maupun nonsastra, berhuruf Latin maupun Jawa dengan berbagai keterampilan dan teknik membaca.

7.1 Membaca naskah drama/sandiwara sesuai karakter tokoh

7.2 Membaca indah wacana panyandra

8.

MENULIS

Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam berbagai jenis karangan nonsastra maupun sastra mengguna-kan berbagai ragam bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh dan menulis dengan huruf Jawa.

8.1 Menulis wacana argumentasi tentang budaya Jawa

Rabu, 23 Juni 2010

filosofi jawa




HASTA BRATA

By Mas Kumitir

Marsudi Mardawaning Laku Jantraning Jagad Sakisine

Wong dadi temanten kuwi prasasat kaya rikala winisudha dadi raja sedina ngalami lenggah jejer karo si garwa sigarane nyawa [wong nyawa kok disigar apa ya bisa, gek nyigare ya nganggo apa] nglenggahi dhampar dhenta pinalipit ing retna kinebutan lar badhak [wong badhak kok ana lare, gek lare pundi niku] kanan kering dening patah sakembaran [hemm ...bayi kembar siam ayake, bayine siji sing dadi bapake loro, oleh-oleh saka arisan RT, empluk wadhahe uyah, wetenge njembluk isine bocah].

Sakarone pinaringan sangsangan puspa rinonce kang acarup sangsangan naga karongrong [dilem nganggo nagasari kareben ora ceblok], tumekeng jaja nganti pamidhangan, yen cinandra kaya taksaka ganda laya disekseni para pinisepuh, para wandu-wandawa sarta para tamu kakung putri ing madyaning sasana pawiwahan.

Supaya pangantyan mau bisa lestari ngasta pusaraning bebrayan kudu nduweni gegebengan sarta paugeran kang gumathok, mangkono mungguh jejering bebrayan. Gegebengan mau kang aran HASTA BRATA, kaya katrangan ing ngisor iki:

1. Mulat Laku Jantraning Bantala:
Yen bantal kuwi tegese piranti kanggo turu. Nanging bantala kuwi tegese bumi. Kembang mawar ganda arum angambar-ngambar. Wong kang sabar penggalihe mesti jembar. Wewateke bumi iku sabar, sanadyan dipulasara, dipaculi, didhudhuki, dipestisida, lsp. nanging ora nduweni pangresula, ora sambatan, malah nudhuhake kabecikane kanthi nuwuhake thethukulan, palawija, palapendhem, tetaneman, sarta barang-barang pelikan kang pinangka dadi kas kayane kang padha mulasara.

2. Mulat Laku Jantraning Surya:
Dene wewatekane surya utawa srengenge iku tansah paring papadhang sarta aweh panguripan marang sadhengah tetuwuhan lan sato kewan lan sakabehing barang ing alam donya kang urip lan tansah mbutuhake cahya. Sing dak rembug iki bab mulat laku jantraning surya, iki beda lho karo crita ‘perselingkuhane’ Bathara Surya ing jagading pewayangan. Bathara Surya niku dewa cluthak. Tiyang sajagad empun dha dhamang kalih sekar banjare Adipati Karna. Nalika lair procot dening Kunthi linarung ing lepen, amargi lare niku undhuh-undhuhane gendhak slingkuh kalih Bathara Surya. Hladalah! Gelah-gelahing bumi panuksmaning jajalaknat, mbelegedhes wani nglanangi jagad dhewe si Surya Sasangka kuwi:-)

3. Mulat Laku Jantraning Kartika:
Kartika utawa lintang wewatekane tansah tanggon tangguh, sanadyan katempuh ing angin prahara sindhung riwut nanging ora obah lan ora gangsir, jare wong Jombang ‘menter njoh!’, tegese tangguh lan puguh, ora bakal mundur sajangkah prasasat kaya pasukan berani nekat. wani ning bandhane mung nekat, hopo hora sarap niku jenenge?.

4. Mulat Laku Jantraning Candra:
Candra Darusman kuwi jenenge penyanyi lan pangripta lagu. Lha candra sing iki tegese rembulan, wewatekane uga aweh pepadhang marang sapa bae kang lagi nandhang pepetenge budi, sarta aweh pangaribawa katentreman lan ora kemrungsung binti mbregudul. Witing klapa salugune wong Jawa, dhasar nyata laku kang prasaja.

5. Mulat Laku Jantraning Samodra:
Samodra utawa segara iku bisa madhahi apa bae kang kanjog. Sanadyan ana sampah industri lan rumah tangga, bangke asu apa bangke wong ketembak bubar melu demo [gek wujude ya ora beda banget jan jane mono], kabeh ditampa tanpa nganggo ngersola lan serik. Mila keparenga Mastoni nyuwun sih samodraning pangaksami manawi wonten klenta-klentunipun anggenipun wawan rembag ing riki.

6. Mulat Laku Jantraning Tirta:
Wewatekane tirta utawa banyu tansah andhap asor. Tansah ngupadi panggonan kang endhek, mungguh patrap diarani lembah manah lan andhap asor. Iwan Tirta kuwi perancang busana, yen aku perancang tanpa busana, asyik ‘kan bisa buat cuci mata? Kaya katrangan ing ndhuwur mau, Mas Iwan Tirta priyayine kok ya wewatekane padha karo tirta yakuwi andhap asor [sebabe dedeg piyadege wonge pancen ora dhuwur], apartemene cedhak karo apartemenku ing New York, kapan ya aku ana wektu dak golek lungsuran batike Mas Iwan.

7. Mulat Laku Jantraning Maruta:
Maruta uga diarani angin. Wewatekane tansah nalusup ing ngendi panggonan kaya mata-mata CIA, ing papan kang rumpil sarta angel klebu omah gedhe cet abang branang ing Beijing, nanging kabeh tetep ditlusuri ora ana kang kari. Mungguh tumrap lelabuhan, kepingin nyumurubi papan ngendi bae kang bisa diambah.

8. Mulat Laku Jantraning Agni :
Geni iku wewatekane bakal nglebur apa bae kang katon. Mungguhing tumrap laku bakal mbrastha apa bae kang dadi pepalang, ora nguubris babarpisan bakal anane SI suk awal Agustus. Hayo apa kang ora bakal lebur dening panase geni?

Bekti iku tegese panembah. Werdhine panembah tumanduking patrap kang jumurung marang santosaning jiwa, ati, rasa, lan budi pakerti, ora liya ya lajering rasa manteb lan jejeg netepi kwajibane. Pangerten Hasta Brata iki kang nuwuhake rasa nyawiji, jumbuhake rasa karsa lan cipta kang bakal hanjog marang wujuding karya.

Gumolonging patrap wolung prakara mau bakal nuwuhake sikep madhep manteb lan jejeg netebi dhawuhing Gusti Kang Akarya Jagad sarta ngedohi kabeh pepacuhe, tansah eling lan bisa nglarasake tumindhak karo kedale pangucap, angleluri watak sabar marang sakabehing pacoban kang tumiba, ora kepranan marang sakebehing gugon tuhon utawa anut grubyug, resik ing panyana, sepi ing pangira ala sarta lumuh ngupadi alaning liyan, lega lan narima dhumawahing pandum kanthi ora nglirwakake sengkuting pambudidaya.

Iya sikep mangkono mau kang bisa hambuka olah kridhaning rasa eling bisa lelumban ing tatanan pasrah tanpa sumendhe marang resiking nalar lan pamikir. Kanggo ngawekani laku supaya jumbuh karo gegayuhan sarta nuwuhake katentreman lan karahayon, padha bisoa nindhakake patrap liyane kang banget bisa hambiyantu nuwuhake larase bebrayan agung. Mangkono mau mungguh tuladha Hasta Brata kang pinangka piyandel sarta gegebengane Prabu Rama Wijaya kanggo ngasta pusaraning praja ing nagara Ayodya Pala.

Minggu, 25 April 2010

pitepangan

kula guru basa jawi satunggaling pawiyatan. menawi kagungan pemanggih punapa kemawon saged ngudaraos saha lintu pamanggih babagan basa lan budaya jawi saged email wonten alamat ki_dhalang@yahoo.co.id